XIX. DHAMMATTHA VAGGA ~ Orang adil
1-2. na tena hoti dhammaṭṭho, yenatthaṃ sāhasā naye.
yo ca atthaṃ anatthañca, ubho niccheyya paṇḍito.

asāhasena dhammena, samena nayatī pare.
dhammassa gutto medhāvī, 'dhammaṭṭho'ti pavuccati.
Orang yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa tidak dapat dikatakan sebagai orang adil Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti mana yang benar dan mana yang salah.
Orang yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-gesa, bersikap adil dan tidak berat sebelah, yang senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut orang adil.
256-257
3. na tena paṇḍito hoti, yāvatā bahu bhāsati.
khemī averī abhayo, 'paṇḍito'ti pavuccati.
Seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana hanya karena ia banyak bicara. tetapi orang yang damai, tanpa rasa benci dan rasa takut dapat disebut orang bijaksana.
258
4. na tāvatā dhammadharo, yāvatā bahu bhāsati.
yo ca appampi sutvāna, dhammaṃ kāyena passati.
sa ve dhammadharo hoti, yo dhammaṃ nappamajjati.
Seseorang bukan 'pendukung Dhamma' hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang 'pendukung Dhamma'
259
5-6. na tena thero so hoti, yenassa palitaṃ siro.
paripakko vayo tassa, 'moghajiṇṇo'ti vuccati.

yamhi saccañca dhammo ca, ahiṃsā saṃyamo damo.
sa ve vantamalo dhīro, 'thero' iti pavuccati.
Seseorang tidak disebut "Thera (lebih tua)" hanya karena rambutnya telah memutih. Biarpun usianya sudah lanjut, dapat saja ia disebut 'orang tua yang tidak berguna'.
Orang yang memiliki kebenaran dan kebajikan, tidak kejam, terkendali dan terlatih, pandai dan bebas dari noda-noda, sesungguhnya ia patut disebut Thera.
260-261
7-8. na vākkaraṇamattena, vaṇṇapokkharatāya vā.
sādhurūpo naro hoti, issukī maccharī saṭho.

yassa cetaṃ samucchinnaṃ, mūlaghaccaṃ samūhataṃ.
sa vantadoso medhāvī, 'sādhurūpo'ti vuccati.
Bukan hanya karena pandai bicara dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik seseorang dapat menyebut dirinya orang yang baik hati, apabila ia masih bersifat iri, kikir dan suka menipu.
Orang yang telah memotong, mencabut dan memutuskan akar sifat iri hati, kekikiran serta dusta; maka orang bijaksana yang telah menyingkirkan segala keburukan itulah sesungguhnya dapat disebut orang yang baik hati.
262-263
9-10. na muṇḍakena samaṇo, abbato alikaṃ bhaṇaṃ.
icchālobhasamāpanno, samaṇo kiṃ bhavissati.

yo ca sameti pāpāni, aṇuṃ thūlāni sabbaso.
samitattā hi pāpānaṃ, 'samaṇo'ti pavuccati.
Seseorang yang tidak memiliki disiplin dan suka berdusta tidak dapat disebut seorang pertapa (samana) walaupun ia berkepala gundul. Mana mungkin orang yang penuh dengan keinginan serta keserakahan dapat menjadi seorang samana?
Barang siapa dapat mengalahkan semua kejahatan, baik yang kecil maupun yang besar, ia patut disebut seorang samana karena ia telah mengatasi semua kejahatan.
264-265
11-12. na tena bhikkhu so hoti, yāvatā bhikkhate pare.
vissaṃ dhammaṃ samādāya, bhikkhu hoti na tāvatā.

yodha puññañca pāpañca, bāhetvā brahmacariyavā.
saṅkhāya loke carati, sa ve 'bhikkhū'ti vuccati.
Seseorang tidak dapat disebut bhikkhu hanya karena ia mengumpulkan dana makanan dari orang lain. Selama ia masih bertingkah laku seperti seorang perumah tangga dan tidak mentaati peraturan, maka ia belum pantas disebut bhikkhu.
Dalam hal ini, seseorang yang telah mengatasi kebaikan dan kejahatan, yang menjalankan kehidupan suci dan melaksanakan perenungan tentang kelompok-kelompok khandha, maka sesungguhnya ia dapat disebut seorang bhikkhu.
266-267
13-14. na monena munī hoti, mūḷharūpo aviddasu.
yo ca tulaṃva paggayha, varamādāya paṇḍito.

pāpāni parivajjeti, sa munī tena so muni.
yo munāti ubho loke, 'muni' tena pavuccati.
Tidak hanya karena berdiam diri seorang menjadi orang suci (muni), apabila ia dungu dan bodoh. bagaikan memegang sepasang neraca, orang bijaksana melaksanakan sesuatu yang baik dan menghindari yang jahat.
Karena seseorang dapat memilih apa yang baik dan menghindari apa yang buruk, maka ia disebut sebagai orang suci. Demikianlah, ia yang telah mengerti kedua kelompok (batin maupun jasmani), patut disebut orang suci.
268-269
15. na tena ariyo hoti, yena pāṇāni hiṃsati.
ahiṃsā sabbapāṇānaṃ, 'ariyo'ti pavuccati.
Seseorang tidak dapat disebut Ariya (orang mulia) apabila masih menyiksa makhluk hidup. Ia yang tidak lagi menyiksa makhluk-makhluk hiduplah yang dapat dikatakan mulia.
270
16-17. na sīlabbatamattena, bāhusaccena vā pana.
atha vā samādhilābhena, vivittasayanena vā.

phusāmi nekkhammasukhaṃ, aputhujjanasevitaṃ.
bhikkhu vissāsamāpādi, appatto āsavakkhayaṃ.
Bukan hanya karena sila dan tekad, bukan pula karena banyak belajar ataupun karena telah mencapai perkembangan dalam samadhi, atau juga karena berdiam diri di tempat yang sepi;
Lalu berpikir: 'Aku telah menikmati kebahagiaan dari pelepasan yang tidak dapat dicapai oleh orang duniawi.' O para bhikkhu, janganlah engkau merasa puas sebelum mencapai penghancuran semua kekotoran batin.
271-272