III. CITTA VAGGA ~ Pikiran
1. phandanaṃ capalaṃ cittaṃ, dūrakkhaṃ dunnivārayaṃ.
ujuṃ karoti medhāvī, usukārova tejanaṃ.
Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap; pikiran susah dikendalikan dan dikuasai. Orang bijaksana meluruskannya bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah.
33
2. vārijova thale khitto, okamokataubbhato.
pariphandatidaṃ cittaṃ, māradheyyaṃ pahātave.
Bagaikan ikan yang dikeluarkan dari air dan dilemparkan ke atas tanah, pikiran itu selalu menggelepar. Karena itu cengkeraman dari Mara harus ditaklukkan.
34
3. dunniggahassa lahuno, yatthakāmanipātino.
cittassa damatho sādhu, cittaṃ dantaṃ sukhāvahaṃ.
Sukar mengendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara sesuka hatinya. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan.
35
4. sududdasaṃ sunipuṇaṃ, yatthakāmanipātinaṃ.
cittaṃ rakkhetha medhāvī, cittaṃ guttaṃ sukhāvahaṃ.
Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus, pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia.
36
5. dūraṅgamaṃ ekacaraṃ, asarīraṃ guhāsayaṃ.
ye cittaṃ saṃyamessanti, mokkhanti mārabandhanā.
Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak berwujud, dan terletak jauh di lubuk hati. Mereka yang dapat mengendalikannya, akan bebas dari jeratan Mara.
37
6. anavaṭṭhitacittassa saddhammaṃ avijānato.
pariplavapasādassa, paññā na paripūrati.
Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya.
38
7. anavassutacittassa ananvāhatacetaso.
puññapāpapahīnassa, natthi jāgarato bhayaṃ.
Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, yang telah mengatasi keadaan baik dan buruk, di dalam diri orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
39
8. kumbhūpamaṃ kāyamimaṃ viditvā, nagarūpamaṃ cittamidaṃ ṭhapetvā.
yodhetha māraṃ paññāvudhena, jitañca rakkhe anivesano siyā.
Dengan mengetahui bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota, dan melenyapkan Mara dengan senjata kebijaksanaan. Ia harus menjaga apa yang telah dicapainya, dan hidup tanpa ikatan lagi.
40
9. aciraṃ vatayaṃ kāyo, pathaviṃ adhisessati.
chuddho apetaviññāṇo, niratthaṃva kaliṅgaraṃ.
Aduh, tak lama lagi tubuh ini akan terbujur di atas tanah, dibiarkan saja, tanpa kesadaran, bagaikan sebatang kayu yang tidak berguna.
41
10. diso disaṃ yaṃ taṃ kayirā, verī vā pana verinaṃ.
micchāpaṇihitaṃ cittaṃ, pāpiyo naṃ tato kare.
Luka dan kesakitan macam apa pun, dapat dibuat oleh orang yang saling bermusuhan atau saling membenci. Namun pikiran yang diarahkan secara salah, akan melukai seseorang jauh lebih berat.
42
11. na taṃ mātā pitā kayirā, aññe vāpi ca ñātakā.
sammāpaṇihitaṃ cittaṃ, seyyaso naṃ tato kare.
Bukan dengan pertolongan ibu, ayah, ataupun sanak keluarga; namun pikiran yang diarahkan dengan baik, yang akan membantu dan mengangkat derajat seseorang.
43